Wednesday 14 January 2015

TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISME

B.F. SKINNER: TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISME


A.    PENDEKATAN PSIKOLOGI SKINNER

1. Tentang Otonomi Manusia

Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme. Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku manusia.

2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik

Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.

3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku

Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).

4. Kepribadian menurut perspektif  behviorisme

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.

Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.

B.     PENGONDISIAN OPERAN

Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons.

Tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.

1. Mencatat tingkah laku operant

Skinner beranggapan bahwa hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons.

Dalam pengondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).

Pengondisian operan ini memungkinkan peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan atau hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.

2. Jadwal perkuatan

Inti dari pengondisian operan menunjukkan bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang. Sebaliknya, tingkah laku yang tidak diberi penguatan (dihukum) akan cenderung dihentikan oleh organisme.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan

Dalam system Skinner, terdapat beberapa jadwal perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan menurut dua dimensi dasar, yaitu :

a. Perkuatan yang diberikan hanya setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal perkuatan interval).

b. Perkuatan yang diberikan hanya setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL perkuatan perimbangan).

3. Tingkah laku takhyul

Pengondisian operan ini diantarai oleh kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan. Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respon perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul. Menurut Skinner, tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu percaya bahwa tingkah laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari kejadian yang telah dan akan dialaminya.

Skinner juga mengemukakan bahwa tingkah laku takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau kisah pengondisian individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal dari pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

4. Shaping

Shaping adalah pembentukan suatu respons melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai melalui pengondisian standar yang kaku.

5. Pemerkuat sekunder

Skinner berpendapat bahwa pemerkuat itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder. Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang  erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atas proses belajar pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar pengondisian operan menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya atau nilai pemeerkuat bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi pemerkuat sekunder adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.

Skinner menyatakan bahwa pemerkuat sekunder memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah laku. Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang berbeda, maka nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.

6. Penggunaan stimulus aversif

Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme. Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan perkuatan negatif

7. Generalisasi dan diskriminasi stimulus.

Generaslisasi stimulus adalah kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.

C.    VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR SKINNER

Validasi empiris atas teori belajar Skinner bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :

Metode penelitian Skinner
Terapi tingkah laku, dan
Penanggungan masalah perkawinan
D.    PENERAPAN: DUNIA SEBAGAI KOTAK SKINNER

1. Teknologi tingkah laku

Menurut Skinner, seluruh masalah utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku. Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.

Skinner beranggapan bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:

2. Kebebasan

Menurut Skinner manusia dan kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari struktur-struktur sosial.

3. Kemuliaan

Konsep mengenai kemuliaan manusia (human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat manusia. Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita ingin membangun konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang bersama konsep kebebasan.

4. Hukuman

Skinner menentang hukuman tidak hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.

5. Alternatif  dari Hukuman

Skinner menyatakan bahwa alternatif-alternatif  lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari hukuman dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner antara lain permissiveness, bimbingan dan metode “mengubah pikiran”. Permissiveness atau kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif disebabkan kebijakan semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari pengendalian lingkungan.

6. Nilai-nilai

Menurut Skinner, memutuskan atau menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu yang baik adalah sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu dikatakan buruk apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud Skinner dalam hal ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.

7. Evolusi Kebudayaan

Penciptaan utopia behaviorisme menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu percepatan evolusi kebudayaan.

8. Perancangan kebudayaan

Skinner mangajukan gagasan tentang perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner, kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa, rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu menyelamatkan dan diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang efektif

9. Penghapusan konsep manusia otonom.

Skinner menegaskan perlunya penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut atribut-atribut mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskand an digantikan oleh konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.

sumber : http://www.psychoshare.com/file-152/psikologi-kepribadian/b-f-skinner-teori-kepribadian-behaviorisme.html diakses tanggal 14 januari 2015

0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda marupakan motivasi buat penulis...