Thursday, 4 August 2016

INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS

 Sebelum anda membaca artikel ini saya berharap anda bisa meluangkan waktu membaca pesan penting ini. Jika Anda ingin kehidupan anda lebih baik, saya akan kasih tau kuncinya, apa itu ? YAKNI Bisnis Outopilot. Dapatkan Aktif Income dan pasif Income dengan Join Agen Pulsa Secara GRATIS tanpa di pungut biaya. Info Selanjutnya silahkan Klik Gambar di bawah ini:



INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. HAKIKAT INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS
Pada saat ini dunia pendidikan mempunyai kewajiban untuk melayani berbagai jenis individu berkebutuhhan khusus. Pada waktu sebelumnya, individu yang berkebutuhan khusus di beri lebel anak luar biasa dan anak yang termasuk kedalam kelompok anak luar biasa langsung dididik di sekolah luar biasa. Seperti sekolah luar biasa penyandang tuna wicara, tuna grahita dan tuna netra. Untuk individu yang memiliki kemampuan khusus dengan IQ tinggi, seperti anak gifted, di Indonesia di didik di seolah umum, di dalam kelas akselerasi.
Individu berkebutuhan khusus adalah individu yang memiliki cici-ciri khusus di dalam perkembanagannya yang berbeda dari perkembangan secara normal. Penyimpangan perkembangan tersebut dapat berbentuk penyimpangan intellgensi, yaitu intellgensi di bawah normal yang di kenal dengan individu penyandang retardasi mental, atau intelegensi di atas normal yang di kenal individu superior dan gifted. Penyimpangan perilaku seperti attention deficit/ hyperactivity disorder atau ADHD dan autisme. Penyimpangan dalam perkembangan visual, seperti individu penyandang kebutaan atau tuna netra penglihatan yang sangat rabun. Penyimpangan dalam perkembangan auditory, seperti individu penyandang tuna wicara. Penyimpangan dalam perkembangan fisik, seperti penyandang tuna daksa. Di samping itu, individu yang seharusnya tidak bermasalah dalam belajar, akan tetapi, mengalami masalah belajar, yang di sebut individu berkesulitan belajar.
2.2. INDIVIDU BERKESULITAN BELAJAR
2.2.1 Hakikat  Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau learning disorder yang biasa juga disebut dengan istilah learning disorter atau learning difficully adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Factor yang menjadi penyebab kesulitan belajar tidak mudah untuk ditetapkan karena factor tersebut bersifat kompleks.

2.2.2 Definisi Kesulitan Belajar
Bahwa salah satu penyebab dari kesulitan belajar adlah karena disfungsi otak yang terjadi secara minimal atau minimal brain dysfunction. Oleh sebab itu, otak marupakan perangkat yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan manusia dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk kegiatan belajar. Markam & Yani (1978 : 8-3) dan Enchanted learning (www.enchantedlearning.com,2009), secara rinci menguraikan tentang otak dan fungsi otak dalam kegiatn hidup  manusia seperti berikut ini. Cerebellum atau otak kecil, dan brain stem atau batang otak. Otak terbagi dalam berbagai area yang mengontrol fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan kegiatan hidup manusia.
2.2.3 Karakteristik Individu Berkesulitan Belajar
Reid (1986 : 12) mengemukakan pendapatnya bahwa kesulitan belajar biasanya tidak dapat diidentifikasikan sampai anak mengalami kegagalan dalam menyelasaikan tugas tugas akademik yang harus dilakukanya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa siswa yang teridentifiksi mengalami kesulitan belajar memiliki cirri-ciri antara lain seperti dibawah ini.
·    Memiliki tingkat inteligensi (IQ) normll bahkan diatas normal atau sedikit di bawah normal berdasarkan tes IQ. Namun siswa yang memiliki IQ sedikit di bawah normal bukan karena IQ-nya yang di bawah normal, akan tetapi,  kesulitan belajar yang di alaminya menyebabkan ia mengalami kesulitan dalam menjalani tes IQ  sehingga memperoleh score yang rendah.
·    Mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran akan tetapi menun jukan nilai yang baik pada mata pelajaran yang lain.
·    Kesulitan belajar yang di alami siswa yang berkesulitan belajar  berpengaruh pada keberhasilan belajar yang di capainya sehingga siswa tersebut dapat di kategorekan ke dalam lower achiever (siswa yang pencapaian hasil belajar di bawah potensi yang di milikinya).
2.2.4 Kesulitan Belajar dan Kesejahteraan Sosial Ekonomi
Kesulitan belajar yang tidak mendapatkan intervensi secara tepat akan menimbulkan berbagai kerugian social dan ekonomi bagi individu tersebut. Seperti  penelitian yang di lakukan di US selama 36 bulan oleh Taylor & Barush (2004:175-183) terhadap individu yang berusia 34 tahun menunjukan bahwa 22,9 %  penerima tunjangan kemiskinan adalah individu yang berkesulitan belajar, 32% tidak tamat sekolah lanjutan (SMP dan SMA). Selanjutnya penerima tunjangan kemiskinan yang terlalu lama, tidak sanggup menghidupi keluarga dan pekerjaan yang mereka miliki. Hal ini di perkuat oleh penelitian yang di lakukan oleh F. Margai & N. Henry (2003:13) menunjukan bahwa jumlah individu yang berkesulitan belajar semakin meningkat.
2.2.5 Kesulitan Belajar dan Gender
Penelitian yang di lakukan oleh Counthino dan Oswald (2005:15-17) menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak di temukan di sekolah luar biasa dari pada anak perempuan. Selanjutnya, kedua peneliti tersebut mengungkapkan bahwa 73% dari individu yang mengalami kesulitan belajar adalah laki-laki.penelitiaan ini mengoreksi hasil penelitian yang di lakukan oleh Bandian (1999:138-138) terhadap lebih 400 anak laki-laki dan perempuan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jender terhadap kesulitan belajar.
Suatu penelitiaan yang di ikuti oleh 126 responden yang berusia 12-18 tahun, yang secara sukarela bersedia di interview dengan 74 pertanyaan yang berkaitan dengan pendidikan khusus, kenakalan remaja, perkembangan litaratur anak dan remaja. Kemudian pertanyaan tersebut di klasifikasikan ke dalam lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan pribadi.berdasarkan hasil interview di peroleh data bahwa anak yang terlibat kenakalan remaja dalam tarap yang berat sebaiknya di sekolahkan di sekolahluar biasa. Penelitian ini di perkuat oleh Zabel dan Nigro (1999:2-40) menunjukan bahwa 78,6% anak perempuan yang menunjukan perilaku distruktif karena berkesulitan belajar di sekolahkan di sekolah luar biasa.
2.2.6 Kesulitan Belajar dan Kriminalitas
Hasil penelitian yang di lakukan oleh wong (2002) terhadap anak penghuni penjara menunjukan bahwa mereka adalah sekelompok anak yang mengalami kesulitan belajar. Temuan penelitian ini juga memperkuat penelitian zabel dan nigro (1999:2-40).
2.3 RETARDASI MENTAL
2.3.1 Hakikat Retardasi Mental
Retardasi mental di kenal dengan disabilitas inteligensia atau di Indonesia di kenal dengan tuna grahita adalah individu yang mengalami keterbatasan mental.kondisi ini menyebabkan individu yang bersangkutan mengalami hambatan dalam belajar, melakukan berbagai fungsi dalam kehidupannya serta dalam penyesuaian diri.
2.3.2 Klasifikasi Retardasi Mental
Dsisabilitas inteligensia atau retardasi mental dapat dikelompokan kedalam lima kelompok, seperti yang di gambarkan dalam diagram berikut ini (Kirk & Gallagher, 1986, DSM_IV, 2000, Heward & Orlansky,1984)
Klasifikasi Retardasi Mental
Kelompok
IQ
Istilah Pendidikan
Kemampuan Pengembangan Diri
Sebelu-mnya
Saat ini

Stanford Binet

wechsker



Dapat mencapai kemampuan anak usia
 7-12 tahun
dapat  menguasai kemampuan akademik setingkat kelas 4 sekolah dasar
dapat mennolong diri
moron
Mild
52-68
55-75
Educable (mampu didik)





sendiri dan memiliki keterampilan adaptasi social
dapat melakukan pekerjaan yang sederhana (unskilled work)
Imbe-cile
Mode-rate
36-51
40-54
Trainable (mampu latih)
dapat mencapai kemampuan anak usia 2-7 tahun
dapat menguasai keterampilan akademik dasar secara terbatas
dapat menolong diri sendiri dan memiliki keterampilan social yang terbatas
dapat melakukan pekerjaan sederhana dan rutin dengan supervise penuh
Idiot
Severe
20-35
25-39
Mampu rawat
Dapat mencapai kemampuan anak berusia 2 tahun
Selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam segala bidang kebutuhan hidup

Profound
19 ke bawah
24 ke bawah
Mampu rawat
Tidak da mencapai kemampuan anak usia 2 tahun
Selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam segala bidang kebutuhan hidup

Sumber : Diadaptasi oleh penulis dari berbagai sumber relevan.


2.3.4 Faktor Penyebab Redartasi Mental
Fatktor-faktor penyebab redartasi mental menurut Kick & Gallagher, 1986:125, Heward & Orlansky, 1984:87 di antaranya sebagai berikut:
·   Genetis Disorder atau kelainan genetik, tetapi kelainan itu sangat jarang kecuali berkaitan dengan down syndrome dan phenylketorunia
·   Down Syndrome marupakan kelainan bawaan yang secara mudah dapat di ketahui dari ciri ciri fisik yang tampak dari individu penyandang kelainan itu.
·   Phenylketonuria adalah kondisi yang di sebabkan oleh genetic irregularities, yang dapat di sebabkan oleh kerusakan salah satu gen yang menyebabkan mental retardasi berat.
·   Toxic Agent dan Infectious Diseases  atau zat pembawa racun dan penyakit infeksi yang di alami ibu pada waktu mengandung sehingga menganggu keseimbangan  bio kimia dalam kandungan ibu hamil, seperti virus dan bakteri.
·   Fetal Alcohol Syndrome  adalah kondisi yang di alami bayi di dalam kandungan dari ibu yang pencandu alcohol.
·   Lead Poisoning  atau keracunan limbah kimia.
·   Infectious Diseases penyakit yang di sebabkan oleh virus dan infeksi seperti syphilis, rubella, encephalitis, meningitis dapat menyebabkan reardsi mental.

·   Polygenic Inheritance. Karakteristik manusia seperti warna kulit, warna rambut, tinggi badan dan bentuk tubuh  serta potensi intelegensi  adalah hasil interaksi dari sejumlah besar gen yang beroperasi secara serantak.

0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda marupakan motivasi buat penulis...