Tugas
Psikologi Pendidikan
Pemikiran
Otak Terhadap Pemikiran Linier (Mind Map)
(Artikel ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan)
Dosen
Pengampu: Girivirya Sulaiman.M.Pa.CHT-Qhi
DISUSUN
OLEH :
1.
Guntur
Vimala Dharma Putra
2.
Adi Budaya
DHARMACARYA
II
SEKOLAH
TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
TANGERANG-BANTEN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan bagi kami, bahwa penulis telah menyelesaikan tugas artikel mata
kuliah Psikologi Pendidikan dengan membahas Pemikiran Otak Terhadap Pemikiran Linier
(Mind Map). Dalam penyusunan artikel ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan meteri ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dari Bapak atau Ibu dosen, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
dosen Girivirya Sulaiman.M.Pa.CHT-Qhi
selaku bidang study Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga
materi ini dapat bermanfaat dan menjadi pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mind Map
2.2.1. Bagaimana
Mind Map dapat membantu kita
2.2.2. Apa yang
dibutuhkan untuk menciptakan Mind Map
2.2.3. Tujuh Langkah Membuat Mind
Map
BAB III PENUTUP
2.2. Kesimpul.
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa
istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus.
Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan
merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara
luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan
diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak
luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu
difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.
1 Anak berkebutuhan
khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan pendidikan yang
disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara
individual.
2 Sejalan dengan
perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka
digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak
berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan
istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan.
Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik,
mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan
anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.B. Konsep Anak
Berkebutuhan Khusus Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang
sangat luas. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak
sangat dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan
perkembangan yang berbeda- beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan
akan memilki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda pula,
sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang
disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak.
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seoranganak yang memerlukan
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing
anak secara individual. 1 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.2 2 Zaenal Alimin, Jurnal Asesmen dan
Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan
Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan, (Vol.3 No 1),
Hal. 1 2
·
4.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi duakelompok
besar yaitu anank berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer)dan
anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanent).31. Anak
berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer) Anak berkebutuhan khusus yang
bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan
hambatan perkembangan disebabkan factor-faktor eksternal. Misalnya anak yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak
dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bolehjadi akan menjadi
permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus,
yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetpai anak
ini tidak perlu dilyani diselah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali
anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifattemporer, dan oleh
karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut
pendidikan kebutuhan khusus.2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap
(permanen) Anak berkebutuhan khusu yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan
akibat langsusng dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan
fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,
gangguan gerak (motorik), gangguan interaksi-komunikasi, gangguan emosi, social
dan tingkah laku. Dengan kata laian anak berlebutuhan khusu yang bersifat
permanen sama artinya denagn anak penyandang kecacatan. Istilah anak
berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak
penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spectrum yang luas
yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus
permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak
berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk penyandang cacat.
Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan
khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan
kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan
khusu yang hanya menyangkut anak penyandang cacat. 3 Ibid, Hal. 2 3
·
5. C.
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Membicarakan anak-anak berkebutuhan
khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup
anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial-emosional,
maupun masalah akademik.4 Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan
fisik saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan
berbagai derajat kelaianannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan mudah
dikenali. Keadaan seperti ini sudah barangtentu harus dipahami oleh seorang
guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan pelayanan pendidikan di
sekolah kepada semua anak didiknya. Namun keragaman yang ada pada anak-anak
tersebut belum tentu dipahami semua guru di sekolah. 1. Kelainan Mental a.
Mental Tinggi Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain
memilki kemampuan memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata normal yang
signifikan juga memilki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas. b.
Mental Rendah Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah
rata-rata dapat menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners)
yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di
bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. c. Berkesulitan Belajar
Spesifik Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achievement)
yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang
memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar
rendah pada bidang akademik tertentu. 2. Kelainan Fisik a. Kelainan Tubuh
(Tunadaksa) Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan
sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan
pada 4 Heri Purwanto, Modul Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,
(UPI Bandung), Hal.1 4
·
6.
fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta
adanya kehilangan organ tubuh (amputasi). b. Kelainan Indera Penglihatan
(Tunanetra) Seseorang yang sudah tidak mampu menfungsikan indera penglihatanya
untuk keperluan pendidikan dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan
lensa. Kelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low
vision. c. Kelainan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan pendengaran adalah
seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk menfungsikan pendengaranya untuk
interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pemdidikan dan pengajaran.
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu tuli (the deaf) dan
kurang dengar (hard of hearing). d. Kelainan Wicara Seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit
bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat
fungsional dimana mungkin disebbkan karena ketunarunguan, dan organic memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ wicara maupun adanya gangguan pada
organ motoris yang berkaitan dengan wicara.3. Kelainan Emosi Gangguan emosi
merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku
yang tampak pada individu, adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi : a.
Gangguan Perilaku Mengganggu di kelas§ § Tidak
sabaran – terlalu cepat beraksi Tidak
menghargai –§ menentang
Menyalahkan orang lain§
Kecemasan terhadap prestasi§ di sekolah
Dependen pada orang lain§
Pemahaman yang lemah§
Reaksi yang tidak sesuai§
Melamun, tidak ada perhatian dan§ menarik diri. 5
·
7. b.
Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder) Enam atau lebih gejala
inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmapuan untuk
beradaptasi, dan tingkat perkembanganya tidak konsisten. Gejala-gejala
inattention tersebut adalah : Sering
gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering§
membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas yang lain. Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas
atau§ aktifitas permainan.
Sering tidak mendengarkan ketika§ orang lain berbicara. Sering tidak mengikuti instruksi§ untuk
menyelesaikan pekerjaan sekolah. c. Anak Hiperactive (ADHD/Attention Deficit
with Hiperactivity Disorder) § Perilaku tidak bisa diam Ketidakmampuan untuk member§
perhatian yang cukup lama.
Hiperaktivitas§ § Aktivitas motorik yang tinggi Canggung§ § Berbuat tanpa dipikir akibatnya.D.
Faktor-Faktor Timbulnya Kebutuhan Khusus Terdapat tiga factor yang dapat
diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang
anak yaitu : (1) Faktor internal pada diri anak. (2) Faktor eksternal dari
lingkunan, dan (3) Kombinasi dari factor internal dan eksternal (kombinasi).5
1. Factor Internal Faktor internal adalah kondisi yang dimilki oleh anak yang
bersangkutan. Sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam
belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau tidak
mengalami kesulitan untuk bergerak. Keadaan seperti itu berada pada diri anak
yang bersangkutan secara internal. Dengan kata lain hambatan yang dialami
berada dlam diri anak yang bersangkutan. 2. Factor Eksternal Factor eksternal
adalah sesuatu yang berada diluar diri anak mengakibatkan anak menjadi memiliki
hambatan perkembangan dan hambatan belajar, sehingga mereka memiliki kebutuhan
layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh seorang 5 Zaenal Alimin, Jurnal
Asesmen Dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus; Reorientasi Pemahaman Konsep
Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya Terhadap Layanan Pendidikan.
(Vol.3 No 1), Hal. 10 6
·
8. anak
yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam jangka panjang mengakibatkan
anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan ketakuatan. Akibatnya
anak tidak dapat belajar. 3. Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi
antara factor internal dengan factor eksternal dapat menyebabkan terjadinya
kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh
factor internal sekaligus eksternal sekaligus diperkirakan akan anak akan
memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Sebagai contoh seorang anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas dan dimiliki
secara internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang tuanya tidak
menerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang diberikan kepada anak
yang bersangkutan. Anak yang seperti ini memiliki kebutuhan khusus akibat dari
kondisi dirinya dan akibat perlakuan orang tua yang tidak tepat.E. Model
Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hallahan dan Kauffman
(1991) yang dikutip oleh Purwanto 6, bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu : a. Regular class only
(Kelas biasa dengan guru biasa) b. Regular class with consultation (Kelas biasa
dengan konsultan guru PLB) c. Itinerant teacher (Kelas biasa dengan guru
kunjung) d. Resource teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa,
namun dalam beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru
sumber) e. Pusat Diagnostik-Prescriptif f. Hospital or homebound Instruction
(Pendidikan di rumah ataudi rumah sakit,yakni kondisi anak yang memungkinkan
belum masuk ke sekolah biasa) g. Self-contained class (Kelas khusus di sekolah
biasa bersama guru PLB) h. Special day school (Sekolah luar biasa tanpa asrama)
i. Residential school (Sekolah luar biasa berasrama) 6 Heri Purwanto, Modul
Pembelajaran; Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (UPI Bandung), Hal.8 7
·
9.
Samuel A. Kirk (1986) yang dikutip oleh Purwanto 7, membuat gradasilayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bergradasi dari model segregasi
kemodel mainstreaming seperti tersebut di bawah ini : Berdasarkan kedua
pendapat tersebut diatas, bentuk-bentuk layananpendidikan bagi anak
berkebutuhan khususdapat dikelompokkan menjadi 2 kelompokbesar, yaitu :a.
Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan pendidikan segregasi adalah
system pendidikan yang terpisah dari system pendidikan anak formal. Pendidikan
anak berkebutuhan khusus melalui system segregasi maksudnya adalah
penyelenggaraaan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari
penyelenggaraaan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus
untuk anak berkebutuhan khusus. Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan
denagn system segregasi, yaitu : 1) Sekolah Luar Biasa (SLB) 2) Sekolah Luar
Berasrama 3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung 7 Ibid Hal.9 8
·
10. 4)
Sekolah Dasar Luar Biasab. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi Bentuk
layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah system pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan
anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui system integrasi
anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal belajar dalam satu tahap.
System pendidikan integrasi disebut juga system pendidikan terpadu, yaitu
system pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana
keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh,
sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. Pada system keterpaduan secara
penuh dan sebagian jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10
% dari jumlah siswa keseluruhan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh
anak berebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus
(GPK). GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah,
atau anak berkebutuhan, atau anak berkebutuhan khusus iyu sendiri. Selain itu,
GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas
pada kelas khusus. Ada tiga tahap bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986) yang dikutip oleh
Purwanto8. Ketiga bentuk tersebut adalah 1) Bentuk Kelas Biasa 2) Kelas Biasa
dengan Ruang Bimbingan Khusus 3) Bentuk Kelas Khusus 8 Ibid 12-14 9.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Banayak
sekali orang mengatakan bahwa ada beberapa orang yang mengalami gangguan otak atau
pemikiran otak terhadap pemikiran linier yaitu Mind Map, sehingga seseorang
dapat mengalami gangguan pada otak. Kecenderungan seseorang ingin selalu
mempunyai pemikiran yang baik yang lebih dari lingkungan sekitarnya, jarang
sekali ada yang menjalani kehidupan tanpa mengalami suatu gangguan pada otak.
Banyak faktanya seseorang pernah mengalami masalah pemikiran atau kecerdasan
yang cukup berat, jika di diagnosis dapat di klasifikasikan sebagai gangguan
otak.
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Apakah
yang dimaksud dengan Mind Map ?
2. Bagaimana
Mind Map dapat membantu kita ?
3. Apa
yang dibutuhkan untuk menciptakan Mind Map ?
4. Tujuh
langkah membuat Mind Map
5. Menciptakan
Mind Map pertama
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Mind Map
Mind
Map yaitu alternatif keseluruhan otak terhadap pemikiran linier, Mind Map
menggapai kesegala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.
Mind
Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil
informasi keluar dari otak yaitu mencatat yang kreatif, efektif, dan secara
harfiah akan memetakan pikiran kita.
1.2.1.
Bagaimana Mind Map
dapat membantu kita ?
Mind
Map dapat membantu kita untuk :
1. Merencana
2. Berkomunikasi
3. Menjadi
lebih kreatif
4. Menghemat
waktu
5. Menyelesaikan
masalah
6. Memusatkan
perhatian
7. Menyusun
dan menjelaskan pikiran-pikiran
8. Mengingat
dengan lebih baik
9. Belajar
lebih cepat dan efesien
10. Melihat
gambar keseluruhan
Menurut
Michael Michalko, dalam buku terlarisnnya cracking creativity, Miind Map akan :
1. Mengaktifkan
seluruh otak
2. Membereskan
akal dari kekusutan mental
3. Memungkinkan
kita berfokus pada pokok bahasan
4. Membantu
menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah
5. Memberi
gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian
6. Memungkinkan
kita mengelompokan konsep membantu kita membandingkannya
Mensyaratkan
kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan
informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
2.2.2.
Apa yang dibutuhkan untuk menciptakan Mind Map
Kita
bergabung dengan para genius besar yang semuanya menggunakan unsur-unsur Mind
Map untuk menjadikan pikiran-pikiran mereka kasat mata dan dengan demikian
membantu mereka sendiri dan orang lain membuat lompatan-lompatan besar kedepan
dalam bidang ilmu mereka.para genius ini antara lain :
1. Leonardo
dan vinci, disebut sebagai genius melinium terakhir
2. Michaelangelo,
pematung dan seminar besar
3. Carles
Darwin, ahli biologi
4. Sir
Isac Newton, penemu hukum grafitasi
5. Albert
Elinstein, penemu hukum relatifitas
Alasan
mengapa para genius besar ini menggunakan bahasa gambar untuk menyusun,
mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka adalah karena otak memiliki
kemampuan alami untuk mengenal visual bahkan sebenarnya pengenalan yang
sempurna.
2.2.3.
Tujuh Langkah Membuat Mind Map
1.
Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilitakkan
mendatar. Mengapa ?
Karena
memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah
dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakan
gambar atau foto untuk idesentral anda. Mengapa ?
Karena
sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita mengguanakan imajinasi.
3. Gunakan warna. Mengapa ?
Karena
bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Map lebih
hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif
4. Hubungkan
cabang-cabang utama kepada gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua
dan tiga ketingkat satu dan dua dan seterusnya. Mengapa ?
Karena
otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau
empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang kita akan lebih
mudah mengerti dan mengingat.
5. Buatlah
garis hubungan yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa ?
Karena
garis lurus akan membosankan otak.
6. Gunakan
satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa ?
Karena
kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map.
7. Gunakan
gambar. Mengapa ?
Karena seperti gambar sentral
setiap gambar bermakna seribu kata
BAB
III
PENUTUP
2.2.
Kesimpulan
Jadi model pembelajaran mind mapping
adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak
dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah
jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping
sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2
orang ). Mind Mapping menggunakan teknik
penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan
menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon. Mind mapping, disebut
pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi
pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan
sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan
ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah
membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat
mind mapping, dia akan semakin kreatif.
1. Kelebihan :
a.
Cara ini cepat
b.
Teknik dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.
Proses mengganbar diagram bisa
memunculkan ide-ide yang lain.
d.
Diagram yang sudah terbentuk bisa
menjadi panduan untuk menulis.
2. Kekurangan :
a.
Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.
Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c.
Jumlah detail informasi tidak dapat
dimasukkan
DAFTAR
PUSTAKA
Toni
Buzan, Susanna Abbot, Pengarah kreatif, 2011, Buku Pintar Mind Map; Jakarta.
Sumber
: http://nanda-ari.blogspot.com/2012/12/mind-mapping.html
0 komentar:
Post a Comment
Komentar anda marupakan motivasi buat penulis...