Saturday 8 November 2014

BEHAVIORISME,KOGNITIVISME DAN PENDIDIKAN

BEHAVIORISME,KOGNITIVISME DAN PENDIDIKAN 
Disusun : untuk memenuhi mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen pengampu :  Girivirya S, M.Pd, 


             



Disusun oleh :
1. DENNY WIDI KURNIAWAN 
 2. RUPASARI KSANTI RATNA.P






SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
TANGERANG – BANTEN  
2014


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta puji bagi Sang Buddha  karena kami telah menyelesaikan makalah tentang “ BEHAVIORISME,KOGNITIVISME DAN PENDIDIKAN “ tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana teori-teori behaviorisme, kognitivsme dan pendidikan
Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini dan penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki sehingga dalam penulisan ada banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempernaan makalah ini.

Tangerang, 29 maret 2014

Penyusun







BAB II
PEMBAHASAN

1. TEORI BEHAVORISME
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori belajar behaviorisme ini merupakan teori belajar yang telah lama dianut oleh  beberapa seorang pendidik. Teori ini mengutamakan pengukuran terhadap siswa, pengukuran ini merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran Behaviorisme.  Ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar siswa . teori ini sangat berhubungan dengan stimulus atau rangsangan yang mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasan.  Munculnya perilaku seseorang akan semakin kuat bila diberikan penguatan yang ada dan tidak dilakukan dengan prakteknya. Menurut teori Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmani, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar , proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, dan ini dapat dilakukan sangat dituntut dengan melakukan laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).

Kelemahan Teori Behaviorisme
Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati 
Kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri
Pembelajar berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif
Pembelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat
Kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pembelajaran
Kelebihan teori behaviorisme
Sesuai untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflex. Ini sangat tergantung ada materinya saja pembelajaran. karakteristik pembelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.Teori ini bersifat obyektif, pasti, tetap, tidak dapat berubah. Dalam hal ini pengetahuan sangat tersetruktur, sehingga belajar sangat evektif dan dapat memperoleh materi yang jelas, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) dari seseorang yang sudah dianggap bisa, keorang yang tidak bisa. Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan.
Konsep ini sudah sangat jelas karena sudah dilakukan pengamatan dan observasi yang jelas. Sebab seseorang dikatakan belajar bila telah mengalami perubahan perilaku. Dari yang bisa menjadi tidak bisa. Akan tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, karena proses belajar yang sangat beragam tergantung individu seseorangnya. paling tidak dalam tempo seketika. Semua aspek materi juga tidak bisa diukur dengan teori ini dan bisa juga dilakukan melalui praktek-praktek kecil. Evaluasi dilakukan untuk menilai hasil akhir dari penggunaan teori ini yaitu perubahan perilaku seseorang.
2. TEORI KOGNITIVISME
Istilah ‘kognitif’ berasal dari kata ‘cognition’ yang berarti pengertian,pengertian ini berarti mengerti. Lebih luas lagi, kognitif juga bermakna perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya itu, kemudian istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia dan menjadi satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Dalam kaitannya dengan balajar dan pembelajaran, kognitif menjadi salah satu cabang dari teori belajar yang pernah ada sampai saat ini. Teori kognitif ini berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan ini bisa dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berhubungan satu sama lain dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah tapi melalui proses yang mengalir ini, berhubungan, dan menyeluruh
Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih, melalui analissinya, lalu mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception learning oleh Ausubel. (Thobroni, Mustofa. 2011). 
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat. Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif didalam kelas, membuat suasana kelas yang aktif. Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dengan melalukan prinsip-prinsip tertentu. 
Karakteristik:
- Belajar adalah proses mental bukan behavioral
- Siswa aktif sebagai penyadur
- Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
- Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
- Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
- Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme:
a) Teori Gesalt dari Wertheimer 
Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.
b) Teori Schemata Piaget
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa
c) Teori belajar social bandura
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yangpaling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yangmempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.

d) Pengolahan Informasi Norman
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru  yang  mengetahui struktur kognitif siswa. Teori Kognitivisme Implikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Teori ini juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil belajar. Jadi, teori ini menitik beratkan pada proses daripada hasil yang dicapai oleh siswa. Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut, Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak. Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya. Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan sequencing penyajian secara logis.

3. PENDIDIKAN 
Pendidikan adalah suatu proses  pembelajaran melalui pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak atau belajar sendiri. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar,sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah keatas.
Bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Fungsi pendidikan
 lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan 
Fungsi lain dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Banyak terdapat pendidkan,pendidikan social,pendidikan ekonomi. pendidikan anak usia dini, dan masih banyak yang lainnya, dan  diataranya pendidikan agama Buddha. Penddikan agama sangat penting terutama disekolah-sekolah agar siswa mengerti arti pentingnya makna beragama bagi indvidu. Hubungannya dengan agama itu sangat mempengaruhi karena didalam agama belajar tentang moral-moral, kebaikan, dan aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam suatu agama tertentu yang dianut oleh seorang individu tersebut. bila seseorang dari sejak dini tidak diajarkan anak tersebut kemungkinan tidak mempunyai moral yang ada. Apa lagi di indonesia harus memiliki agama. Dalam pendidikan agama Buddha, suatu yang penting karna teori-teori yang ada dalam ajaran-ajaran Buddha harus bisa diperktekan tidak hanya teori-teorinya saja yang ada. pendidikan agama bisa membuat dan menambah kepercayaan terhadap diri individu dimulai dari sejak dini, keyakinan terhadap Buddha dhamma juga harus dimulai dari masa kanak-kanan dan harus dilestarikan, karena banyak sekarang ini yang sudah jarang dan mengerti ajaran-ajaran Buddha. Maka dari itu pendiidkan agama Buddha sangat dibutuhkan di sekolah,sekolah untuk menambah keyakinan, kepercayaan. Terhadap agama Buddha dan hukum karma yang  sudah dijelaskan orang sang Buddha. Dan ajaran ajaran lainya yang harus dipraktekan. 














BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN 
Dari materi diatas, Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran terhadap siswa, Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Kongnitif berarti pengertian,pengertian ini berarti mengerti. Lebih luas lagi, kognitif juga bermakna perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Dalam kaitannya dengan belajar dan pembelajaran satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Dalam kaitannya dengan balajar dan pembelajaran, kognitif menjadi salah satu cabang dari teori belajar yang pernah ada sampai saat ini. Teori kognitif ini berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Dan Pendidikan adalah suatu proses  pembelajaran melalui pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.

0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda marupakan motivasi buat penulis...