Saturday 8 November 2014

KREATIVITAS,INTELEGENSI DAN PENDIDIKAN

KREATIVITAS,INTELEGENSI  DAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi mata kuliah psikologi pendidikan
Dosen pengampu : Girivirya.M.Pd.CHT-QHI
Dharmacarya semester II







       Disusun oleh : Kelompok III
   DWI WAHYU NINGSIH

 Dan
 SANTI NOVIA






 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
 TANGERANG – BANTEN
2014

KATA PENGANTAR

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa
Namo Buddhaya,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Sang Tiratana. Berkat limpahan karma baik kami dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Psikologi Pendidikan ini tepat pada waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Kami berterimakasih kepada pihak yang ikut serta dalam penyusunan makalah ini dan kami menyadari bahwa Penyusunan makalah ini juga masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Sabbe Satta Bhavanthu Sukhithatta
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Sadhu Sadhu Sadhu






Tangerang, maret 2014

                Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ 
DAFTAR ISI ............................................................................................... 
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 
     A.    LATAR BELAKANG ............................................................................  
     B.     RUMUSAN MASALAH ........................................................................  
     C.     TUJUAN MAKALAH ............................................................................ 
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................   
     A.    PENGERTIAN KREATIVITAS ............................................................  
1.      Berbagai pendangan tentang kreativitas ............................................  
2.      Aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas ....................................  
3.      Karakteristik kreativitas ..................................................................... 
4.      Kreativitas dan perkembangan kognitif anak usia taman
kanak-kanak .......................................................................................  
5.      Strategi dan pengembangan kreativitas dan pengembangan
Kemampuan kognitif .......................................................................... 
6.      Pemanfaatan kemampuan berpikir simbolik dalam
Pengembangan kreativitas anak ......................................................... 
7.      Implikasi berpikir simbolik dalam pengembangan kreativitas
Anak ...................................................................................................
8.      Mengemas kreativitas dan kemampuan berpikir simbolik dalam
Pengembangan kemampuan dasar IPA Anak Usia Taman
Kanank-Kanak ...................................................................................
      B.     PENGERTIAN HAKIKAT INTELEGENSI .........................................
1.      Teori – teori intelegensi ...................................................................... 
2.      Pengukuran potensi intelegensi .......................................................... 
3.      Kecerdasan emosi ..............................................................................
BAB  III PENUTUP ........................................................................................... 
KESIMPULAN.................................................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kreativitas merupakan anugrah yang tidak boleh disia-siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Kreativitas pada anak ditaman kanak-kanak ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun dalam bercerita. Kreativitas adalah sesuatu yang dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya dengan cara yang tepat.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Kreativitas.
2.      Pengerian Intelegensi.

C.     TUJUAN MAKALAH
1.      Menjelaskan apa itu pengertian Kreativitas.
2.      Menjelaskan pengertian Intelegensi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kreativitas Dan Pembelajaran
Kreativitas adalah suatu ungkapan yang tidak asing lagi didalam kehidupan sehari – hari, khususnya bagi anak prasekolah yang selalu berusaha menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan fantasinya.
1.      Berbagai Pandangan Tentang Kreativitas
a.       Kreativitas Sebagai Kontrol Terhadap Regressi
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan tekanan regressi yang dialaminya. Definisi ini didasarkan pada pandangan atau teori psikoanalisis. Pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia dapat dijelaskan berdasarkan tingkat kesadaran manusia : sadar, ambang kesadaran dan tidak sadar. Selanjutnya psikoanalisi memandang kepribadian manusia terdiri dari Id, Ego, dan Super ego. Id berkaitan dengan ketidaksadaran yang bersifat instingtif dan mencari kesenangan. Ego berkaitan dengan kesadaran dn tanggung jawab yang berfungsi mengontrol tekanan-tekanan yang dikeluarkan oleh Id. Super ego mewakili kesadaran manusia terhadap nilai-nilai ideal yang ada di masyarakat.
b.      Kreativitas Sebagai Aspek Kepribadian
Carl roger dan Abraham Maslow, mendefinisikan kreativitas sebagai aspek kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Menurut Roger pengungkapan kreativitas seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan :
1.      Kemampuan untuk menerima keunikan individuu sebagai sesuatu yang mengandung arti.
2.       Kebebasan dalam mengekpresikan perasaan atau pikiran.
3.       Kesediaan untuk menerima cara pandang orang lain.
4.      Kemampuan untuk tidak tergantung pada hasil evaluasi orang lain terhadap pengungkapan perasaan dan pikiran.

c.       Kreativitas Sebagai Kemampuan Mental
1.      Teori Gestalt
Proses berpikir produktif melalui keyakinan teori ini tentang konsep yang berkaitan dengan tahap-tahap berpikir yang berpusat pada pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam empat  fase sebagai berikut :
a.       Fase persiapan yaitu fase pengumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipecahkan.
b.      Fase pematangan informasi-informasi yang telah terkumpul.
c.       Fase illuminasi yaitu penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah.
d.      Fase verifikasi yaitu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan dalam pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai.

2.       Teori Psikometrik
Tokoh teori psikometrik, seperti J.P Guilford dan E. Paul Torrance menekankan kemampuan mental dalam mengolah informasi yang menjadi dasar bagi terjadinya proses kreatif. Pendekatan psikometrik yaitu penentuan kreativitas seseorang atau ketidak kreativas seseorang berdasarkan hasil tes kreativitas yang dijalaninya.

3.      Teori Belahan Otak
Teori belahan otak merupakan teori yang berangkat dari hasil kajian tentang fungsi-fungsi belahan otak (hemisper), baik belahan otak kiri atau kanan yang berfunsi secara khusus dalam memproses informasi-informasi yang diterima oleh otak tersebut.
Belahan otak kiri berfungsi untuk memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan  verbal dan menghendaki proses berpikir secara analis, abstrak, logis, dan operasi (kegiatan/prosedur) yang mengandung urutan serta mengatur kegiatan tubuh yang paling kanan. Belahan otak kanan berfungsi memproses informasi-informasi yang bersifat non verbal, dan menghendaki penggunaan proses berpikir secara holistik, intuitif, dan imajinatif serta mengontrol kegiatan tubuh paling kiri. Hasil kerja otak bagian kanan adalah kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang baru, misalnya musik dengan gaya baru atau karya tulis dengan aliran baru, dll.
Pada hakekatnya kedua belahan otak ini saling bekerja sama karena berhubungan melalui syaraf-syaraf yang terdapat dalam corpus callosum, yang membedakan fungsi otak kiri dan kanan adalah cara-cara yang digunakan dalam mengolah dan menyelesaikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kedua fungsi otak tersebut.  

d.      Kreativitas Sebagai Aktualisasi Kegiftedan Dan Keberbakatan
Clark mengemukakan bahwa kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari kemampuan individu yang dikelompokkan kedalam gifted dan berbakat yaitu individu yang memiliki tingkat intelegensi 130-150.
2.      Aspek – Aspek Yang Mempengaruhi Kreativitas
a.       Aspek kemampuan Kognitif (kemampuan berpikir)
Aspek kemampuan Kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang.
b.      Aspek Intuisi dan imajinasi
Intuisi dan Imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
c.       Aspek pengindraan
Aspek pengindraan yaitu kemampuan menggunakan pancaindra secara peka.
d.      Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ketidak pastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.
3.      Karakteristik Kreativitas
a.       Kelancaran
Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan pendapat atau ide-ide dengan lancar.
b.      Kelenturan
Kelenturan yaitu kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah.
c.       Keaslian
Keaslian yaitu kemampuan menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri.
d.      Elaborasi
Kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat oleh orang lain.
e.       Keuletan dan Kesabaran
4.      Kreativitas Dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Perkembangan kognitif dalam fase ini di tandai dengan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan reprentasi mental yaitu suatu kemampuan untuk menghadirkan benda, objek, orang dan peristiwa secara mental. Kemampuan menghadirkan sesuatu objek, orang dan peristiwa secara mental disebut juga kemampuan berpikir secara simbolik.
a.       Karakteristik Berpikir Praoperasional
1.      Melakukan peniruan tingkah laku yang ditampilkan oleh orang, binatang atau peristiwa yang ada disekitarnya.
2.      Bermain simbolik yaitu kegiatan bermain yang menghadirkan objek yang terlibat dalam kegiatan bermain secara simbolik.
3.      Bahasa simbolik yaitu kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan anak pada waktu bermain simbolik.
b.      Keterbatasan Kemampuan Berpikir Anak Pada Fase Praoperasional
1.      Berpusat pada satu objek dan mengabaikan objek yang ada disekitar objek tersebut.
2.      Belum mampu berpikir secara logis.
3.      Belum mampu memahami kejadian-kejadian yang berkaitan dengan observasi (pemahaman terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran jumlah, bidang, dan volume).
4.       Tidak mampu dalam memahami irreversibility, suatu prosedur kegiatan yang dapat dilakukan secara terbalik.
5.      Egosentris yaitu ketidak mampuan untuk melihat sesuatu dari sisi pandang orang lain.

5.      Strategi Pengembangan Kreativitas Dan Pengembangan Kemampuan Kognitif.
Pengembangan kteativitas anak di Taman Kanak – Kanak perlu dikemas dengan strategi tertentu yang dapat mendorong munculnya kreativitas anak. Pengembangan kreativitas anak dilakukan secara  bertahap yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir dan usaha pengembangan sikap yang dituntut dalam pengembangan kreativitas tersebut. Kemampuan untuk berpindah dari tahap awal ketahap selanjutnya sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial yang terbentuk dari sikap yang terwujud dalam bentuk sikap terhadap kegiatan  yang dilakukan dalam rangka pengembangan kreativitas.
6.      Pemanfaatan Kemampuan Berpikir Simbolik Dalam Pengembangan Kreativitas Anak
Kemampuan ini merupakan pintu untuk menumbuh kembangkan kreativitas anak. Fantasi atau imajinasi yang hadir dalam masa praoprasional tampil dalam berbagai aktivitas anak, baik pada waktu bermain, berbicara ataupun melakukan sesuatu kegiatan yang lain. Semua hal tersebut adalah refleks dari kreativitas anak.
7.      Implikasi Berpikir Simbolik Dalam Pengembangan Kreativitas Anak
a.       Memberikan berbagai kesempatan untuk kemunculan perilaku yang kreatif.
b.      Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi yang ditampilkannya memilki nilai-nilai tertentu.
c.       Meminta anak untuk menceritakan tentang fantasinya.
d.      Hindari memberikan contoh atau mengarahkan pemikiran anak.

8.      Mengemas Kreativitas Dan Kemampuan Berpikir Simbolik Dalam Pengembangan Kemampuan Dasar IPA Anak Usia Taman Kanak-Kanak
a.       Strategi Penyajian Pembelajaran Ipa
Cara berpikir alamiah ini terwujud dalam serangkaian kegiatan yang dimulai dari menyadari adanya suatu permasalahan, menemukan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan, menemukan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan, mengemukakan hipotesis dan menguji kebenaran hipotesis.
Pengenalan anak terhadap berbagai konsep yang berkaitan dengan IPA dilakukan dengan kegiatan yang disajikan secara berurutan.
b.      Strategi Pengemasan Kreativitas Dan Kemampuan Berpikir Simbolik Dalam Pengembangan Kemampuan Dasar IPA
1.      Pemanasan (keterbukaan terhadap ide-ide dan pikiran baru)
Dalam fase ini guru mengajak anak untuk mendiskusikan berbagai ide dan saran tentang kegiatan yang akan dilakukan. Pertanyaan tersebut yang akan memunculkan konflik yang akan menimbulkan berbagai ide dan pikiran dari anak yang menghasilkan berbagai pendapat yang tepat pada saat itu.
2.      Menemukan Fakta
Menemukan fakta merupakan salah satu strategi yang dalam melakukan teknik penemuan ide-ide.
3.       Menemukan masalah (analisis)
Guru mengajak anak menemukan masalah-masalah yang terkait dengan topik atau objek yang dibahas.
4.      Mengemukakan hipotesis (sintesis)
Guru mengajak anak untuk mencari pemecahan atau solusi untuk menyelesaikan masalah.
5.       Pembuktian kebenaran hipotesis (Evaluatif)
Dalam fase pembuktian kebenaran hipotesis guru hendaknya menyajikan kegiatan aktual yang dapat memberikan pengalaman secara kongrit kepada anak tentang pengujian hipotesis yang diajukannya.
B.     Pengertian Hakikat Inteligensi
Intelegensi merupakan interaksi aktif antara kemampun yang dibawa sejak lahir dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan yang menghasilkan kemampuan individu untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan, mengerti makna dari konsep konkrit dan konsep abstrak memahami hubungan-hubungan yang ada diantara objek, peristiwa, ide dan kemampuan dalam menerapkan hal diatas untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
1.     Teori-Teori Inteligensi
Teori-teori inteleginsi dikembangkan berdasarkan dua pendekatan: (1) Oleh Spearman,Thurstone, Guilford dan Cattel & Horn, yaitu teori inteligensi yang menerapkan teknik statistic (analisis faktor). (2) Oleh Stenberg dan Gardner, yaitu teori berdasarkan proses penggunaan informasi dalam memecahkan masalah.
Paik menjelaskan teori inteligensi berdasarkan nature of intelligence. Ia menjelaskan bahwa pada hakikatnya teori inteligensi di bagi ke dalam dua klasifikasi sebagai berikut.
a.       Teori inteligensi yang dibangun berdasarkan keyakinan bahwa inteligensi seseorang berasal dari satu kemampuan umum yang disebut general intelligence yang dikenal dengan istiah faktor G.
b.      Teori inteligensi yang dibangun berdasarkan keyakinan bahwa inteligensi tidak hanya ditentukan oleh faktor G, akan tetapi terdapat beberapa jenis inteligensi atau yang dikenal dengan istilah multiple intelligences.
Teori Inteligensi Spearman
Charles Edward Spearman (1863-1945) merupakan ahli psikologi berkebangsaan Inggris dengan temuanya tentang teknik statistic untuk mengetahui korelasi di antara variable-variabel penelitian. Selanjutnya pada tahun 1904, ia mengembangkan teorinya tentang inteligensi manusia, khususnya yang berkaitan dengan disparitas atau perbedaan skor kognitif yang merefleksikan satu faktor yang bersifat umum dengan istilah G faktor.
Analisis faktor adalah suatu bentuk teknik statistic yang digunakan untuk menemukan hubungan yang ada di antara dua jenis variable yang kelihatannya ada hubungan. Teknik ini memungkinkan orang untuk melihat variable mana yang memiliki data saling berhubungan dan bagaimana keeratan hubungan tersebut. Hubungan tersebut dapat berbentuk hubungan positif, hubungan negative, dan tidak ada hubungan.
Dalam inteligensi faktor g adalah faktor yang berkaitan dengan inteligensi umum, yang merupakan kapasitas inteligensi yang dibawa sejak lahir dan mempengaruhi seluruh kemampuan individu.
Teori Inteligensi Thurstone
Psychologist Louis L. Thrustone (1887-1955) mengemukakan tidak memfokuskan teori inteligensinya pada satu faktor yaitu g faktor. Akan tetapi ia menekankan inteligensi pada tujuh kemampuan mental utama yang berbeda.
(Thurstone, 1938) kemampuan mental tersebut meliputi:
1.                  Verbal comprehension (kemampuan dalam pemahaman bahasa)
2.                  Reasoning (kemampuan berpikir logis)
3.                  Perceptual speed (kemampuan dalam menditeksi kesamaan atau perbedaan dari berbagai desain/gambar)
4.                  Numerical ability (kemampuan berhitung)
5.                  Word fluency (kemampuan berpikir tentang kosa kata secara tepat)
6.                  Associative memory (ingatan asosiatif)
7.                  Spatial visualization (kemampuan dalam menentukan bentuk benda dalam posisi yang telah berubah)
Dalam penelitiannya tentang inteligensi, Thurstone menggunakan faktor analisis dalam mengolah skor tes inteligensi dari sejumlah besar anak yang berpartisipasi dalam tes tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketujuh kemampuan mental tersebut berkorelasi positif antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, apabila seorang anak mendapatkan skor yang tinggi pada kemampuan dalam bahasa maka ia akan memperoleh skor yang tinggi pula dalam kemampuan mental lainnya.
Teori Inteligensi Guilford
J.P Guilford (1897-1987) merupakan pakar inteligensi utama dalam abad modern yang menekankan multiple cognitive abilities atau kemampuan kognitif majemuk. Melalui penelitian yang dilakukan ia menemukan tiga komponen inteligensi yaitu: operasi inteligensi, isi inteligensi, dan produk inteligensi.
Operasi inteligensi mencakup : kognitif, memori, berpikir divergen, berpikir konvergen, dan evaluasi. Isi inteligensi mencakup : figural, symbol, semantic dan perilaku. Produk inteligensi terdiri dari : unit, klas, relasi, sistem, transformasi, dan implikasi. Dapat disimpulkan bahwa Guilford menggunakan faktor analisis dalam melakukan mengolah data penelitiannya tentang intellegensi yang dapat digambarkan melalui gambar kubus tiga dimensi yang membentuk 150 faktor.
Teori Inteligensi Cattel & Horn
R.B Cattel (1965) dan J.L Horn (1967) mengemukakan dua dimensi inteligensi yang disebut dengan istilah fluid intelligence (Gf) dan crystallized intelligence (Gc). Fluid intelligence berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan teknik pemecahan masalah yang baru dan berbeda dari sebelumnya.
Crystallized intelligence berkaitan dengan kemampuan mengemukakkan pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari sebelumnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Kemampuan ini mencakup kemampuan dalam mengguakan informasi umum untuk mempertimbangkan sesuatu dan memecahkan masalah.
Teori Inteligensi Strenberg
Psychologist Robert Sternberg mendefinisikan inteligensi sebagai aktivitas mental yang diarahkan pada kegiatan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri, memilih dan membentuk lingkungan yang sesuai dengan kehidupan individu.
Pada hakikatnya ia mendukung penapat Gardner yang mendefinisikan inteligensi dalam lingkup yang lebih luas dari general ability akan tetapi ia berpendapat bahwa rumusan definisi Gardner lebih cocok diterapkan untuk mengetahui bakat seseorang. Teori inteligensi yang dikembangkan oleh Stenberg dikenal dengan istilah Triarchic Theory of Intelligence.
Componential Subtheory
Disebut juga dengan istilah Analytical Intelligence yang berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah. Pemecahan masalah ini dilakukan berdasarkan operasi mental secara bersamaan yang disebut metacomponents yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka pemecahan masalah dan keputusan yang diambil dalam pemecahan masalah tersebut. Analytical intelligence mencakup:
1.                  Metacoponents berfungsi mengontrol, memonitor dan mengevaluasi proses kognitif. Ketiga aktivitas mental tersebut disebut executive functions yang bekerja untuk mengatur dan mengorganisasi komponen pencapaian hasil atau performance components.
2.                  Performance Components berfungsi melaksanakan strategi yang telah dibangun oleh metacomponents. Komponen ini merupakan operasi dasar yang selalu melibatkan kegiatan kognitif, lalu melakukan perhitungan yang diikuti oleh pertimbangan dengan membandingkan informasi yang dilaksanakan dengan jalan memanggil kembali ingatan jangka panjang.
3.                  Knowledge acquisition components yaitu proses yang digunakan dalam memperoleh dan menyimpan pengetahuan baru. Kemampuan ini membantu manusia untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan mengklasifikasikan hal-hal tersebut sesuai di dalam ingatan. Hasil dari proses tersebut dikenal dengan istilah schemata.
Experiential Subtheory
Experiential subtheory atau creative intelligence adalah suatu kemampuan yang mencakup pemahaman atau insights, sinthetis dan kemampuan bereaksi terhadap stimulus dan situasi yang sulit yang menuntut tindakan kreatif dan innovative. Creative intelligence merefleksikan kemampuan manusia dalam menghubungkan kemampuan internalnya dengan realitas yang dihadapinya, sehingga mampu melakukan adaptasi secara kreatif dan innovative terhadap lingkungan atau situasi baru yang dihadapinya.
Experencial subtheory mencakup dua aspek yaitu innovasi (novelty) dan otomatisasi (automatization). Kedua kemampuan ini sangat erat hubungannya dengan inteligensi. Pengukuran tingkat inteligensi perlu melibatkan kemampuan dalam memecahkan situasi yang menuntut kreativitas dan innovasi secara cepat dan tepat atau automatization mengolah informasi yang terkait sehingga dapat dilakukan tindakan yang kreatif dan innovative.
Contextual Subtheory
Contextual subtheory atau Practical Intelligence mencakup kemampuan memahami dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Practical Intelligence dapat dikatakan sebagai kecerdasan yang digunakan dalam memecahkan masalah konkret di dalam dunia nyata. Practical intelligence adalah integrasi dari berbagai kemampuan sebagai berikut ini.
1.                  Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan agar dapat mencapaitujuan yang telah ditetapkan.
2.                  Kemampuan dalam mengatur dan memodifikasi lingkungan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.
3.                  Kemampuan berpindah dari rencana yang satu kepada rencana yang lain apabila rencana pertama tidak berjalan dengan sesuai harapan atau tujuan yang akan dicapai.
Teori Inteligensi Gardner
Teori ini dikembangkan berdasarkan keyakinan Gardner bahwa inteligensi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan general intelligence akan tetapi terdiri dari sejumlah faktor. Teori inteligensi yang ia kembangkan berbasis skill dan kemampuan dalam berbagi kelompok yang terdiri dari delapan kelompok jenis intilegensi (Gardner, 1983), yaitu:
1.                  Visual-spatial Intelligence (kecerdasan visual-spatial)
2.                  Verbal-linguistic Intelligence (kecerdasan verbal linguistic)
3.                  Bodily-kinesthetic Intelligence (kecerdasan koordinasi gerak tubuh)
4.                  Logical-mathematical Intelligence (kecerdasa matematika-logis)
5.                  Interper/Rytmic Intelligence (kecerdasan music/rotmik)
6.                  Intra Personal Intelligence (kecerdasan intra personal)
7.                  Naturalistic Intelligence (kecerdasan naturalistic)

2.            PENGUKURAN POTENSI INTELIGENSI
Pada tahun 1890, James McKeen Cattel mengembangkan alat tes inteligensi yang disebutnya sebagai mental test di fokuskan pada: waktu yang digunakan dalam bereaksi, makna kata, ketajaman visual, dan diskriminasi berat.
Binet-Simon Intelligence Scale
Pada pertengahan ke-19, Alfred Binet seorang psikologist , Teophile Simon mulai mendesain suatu tes inteligensi. Tes ini pada mulanya ditujukan untuk mengetahui anak-anak mental retardasi di antara anak-anak non mental retardasi dikelas, agar anak-anak dapat berkembang secara optimal. Tes ini menekankan pada ketrampilan verbal yang memiliki tingkat kesulitan yang teratur.

IQ = MA x 100
CA

Pada perkembangan selanjutnya, istilah diganti dengan IQ (intelligence quotient) yang dinyatakan dalam bentuk angka. IQ adalah rasio dari mental age seorang individu dan chronological age atau usia kronologisnya yang di kalikan dengan 100 seperti di bawah ini.

 

Operasi rumus tersebut dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.
1.                  Seorang anak usia (CA) 10 tahun yang memperoleh skor tes inteligensi setingkat dengan anak usia 10 tahun maka ia memiliki IQ 100 = normal.
2.                  Seorang anak usia (CA) 10 tahun yang memperoleh skor tes inteligensi setingkat dengan anak usia 8 tahun maka ia memiliki IQ 80 = di bawah normal.
3.                  Seorang anak usia (CA) 10 tahun yang memperoleh skor tes inteligensi setingkat dengan anak usia 12 tahun maka ia memiliki IQ 120 = di atas normal.
Standford – Binet Intelligence Test
The Standford Binet Intelligence Scale memiliki banyak keuntungan, akan tetapi juga mengandung banyak kelemahan. Keuntungan yang diberikan antara lain test tersebut memberikan standard baku tentang tes inteligensi yang sangat valid dalam menjelaskan inteligensi seorang individu. Kelemahan test ini adalah karena keinginan tes tersebut untuk menditeksi individu yang di klasifikasikan sebagai individu gifted, sehingga tes ini menjadi sangat sulit.
Wechsler Intelegence Scales
Wechsler Intelegence Scales biasa disebut deviation  IQ individual, yang ditetapkan berdasarkan skor tes intelegensi yang diperoleh oleh individu dan hubunganya dengan skor intelegensi individu normal. Pada hal-hal tertentu lebih baik daripada Stanford Binet Test karena dapat mencapai rentangan umur dari rentang umur anak sampai umur dewasa dan berisi subtes-subtes yang dapat menganalisis pola skor individual.
Wechsler Adult Intelegence Scales
Wechsler mempublikasikan versi WAIS pertama pada 1939 waktu itu dikenal dengan Wechsler- Bellevue. Selanjutnya direvisi menjadi WAIS-III. Sejak kematian Wechsler tahun 1981, tes ini direvisi oleh penerbitnya yaitu The Psycoligical Corporation.
Landasan teori yang menjadi dasar pengembangan WAIS dan tes Wechsler antara lain adalah keyakinanya bahwa intelegensi merupakan suatu hal yang bersifat rumit yang melibatkan berbagai jenis kemampuan. Oleh sebab itu, intelegensi bersifat multifaceted atau multi bentuk. Dengan demikian, suatu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelegensi individu harus dapat merefleksikan multiskill yang dimiliki idividu tersebut.
Item tes WAIS mencakup pengetahuan umum, aritmatik, kosa kata, melengkapi gambar yang belum lengkap, menyusun balok dan gambar, dan menyusun objek.
Wechsler Intelegence Scales for Children
Wechsler Intelegence Scales for children atau WISC bukan hanya dikembangkan dalam bentuk tes intelegensi, akan tetapi juga dikembangkan utuk kebutuhan klinik yang dapat digunakan oleh para praktisi untuk mendiagnosa ADHA (Attention Deficit Hyperractivity Disorder) dan kesulitan belajar. Dalam penggunaanya, penentuan kelainan yang dialami individu t           ersebut di lakukan dengan jalan menganalisis proses yang disebut Pattern Analysis yang dilakukan dengan membandingkan berbagai skor tes yang diperoleh individu tersebut dengan hasil tes yang rendah dari kelompok skor tertentu yang ada dalam tes tersebut. Walaupun demikian, hasil penelitian tidak menunjukan hasil yang efektif dalam mendiagnosa ADHD atau Learning Dissabillities. Anak ADHD yang mengikuti WISC secara umum tidak menunjukan skor yang rendah dan memperlihatkan pola skor yang sama dengan non ADHD.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelegence
Merupakan suat tes yang dibuat dengan beraneka warna yang menarik perhatian anak. Tes ini digunakan untuk mengukur IQ umum, verbal IQ, performance IQ, and processing speed dan general language composite. WPPSI merupakan tes yang dapat digunakan untuk mempredeksi IQ anak terdiri dari serangkaian tes sebagai berikut:
1.      Full scale IQ digunakan dan menggambarkan fungsi intelektual umum.
2.      Verbal IQ untuk mengetahui kemampuan dalam memperoleh pengetahuan, alasan rasional dan perhatian terhadap stimulus verbal.
3.      Performance IQ untuk mengetahui kelancaran mengemukakan alasan rasional, proses spasial, ketelitian terhadap detail, dan integrasi visual motorik.
Verbal IQ subtes terdiri dari:
1.      Information untuk mengukur kemampuan mengingat fakta yang telah dipelajari.
2.      Vocabulary untuk mengukur kemampuan dalam pemahaman verbal dan pemahaman terhadap alasan yang rasional.
Performance IQ subtes
1.      Block design untuk mengukur kemampuan analisis dan memproduksi kembali berbagai desain abstrak dengan menggunakan balok.
2.      Matrix reasoning untuk mengukur kemampuan mengemukakan alasan verbal secar rasional, pemahaman verbal secar komprehensif, kemampuan untuk mensitetis berbagai jenis informasi yang berbeda, abstraksi verbal, kemampuan kognitif untuk mengetahui kemampuan dalam mengemukakan berbagai alternative konsep.
3.      Picture concepts untuk mengukur kemampuan terhadap ide yang abstrak, dan kemampuan melakukan kategorisasi secara rasional.
WPPSI secara rinci disajikan pada uraian berikut ini:
1.      Comprehension untuk mengukur konseptualisasi dan kemampuan mengemukakan alasan rasioanal, kemampuan mengevaluasi berbgai pengalaman untuk digunakan dalam pemecahan masalah, ekpresi verbal dan kemampuan dalam menggunakan berbagai informasi praktis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Picture completion untuk mengukur persepsi visual, pengaturan peristiwa secara rasional, konsentrasi, pemahaman tentang objek visual secara detail.
3.      Similarities untuk mengukur kemampuan mengemukakan alasan verbal secara rasional dan pemahanman terhadap formasi konsep.
4.      Receptive vocabulary untuk mengukur kemampuan dalam memahami perintah verbal, diskriminasi visual dan auditori, auditori memori, proses auditori, dan integrasi persepsi visual, dengan input auditori.
5.      Object assembly untuk mengukur kemampuan dalam mengatur persepsi visual, integrasi, dan mensintesis bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang mengandung arti, alsan rasional yang ditampilkan secara non-verbal.
6.      Picture naming untuk mengukur kemampuan dalam ekspresi bahasa, kemampuan menarik informasi yang tersimpan dalam long term memory dan kemampuan dalam asosiasi stimulus visual yang disajikan bersamaan dengan stimulus bahasa.

3.      KECERDASAN EMOSI
Emotioal Intlligence atau EQ adalah temuan baru yang berkaitan dengan intelegensi yang dikemukakan oleh Daniel Goleman. EQ merupakan hal yang penting dalam mempertimbangkan perekrutan calon pegawai, dan perencanaan yang dilakukan di dalam bagian pengembangan SDM, penyelesaian pekerjaan, interwiew, dan seleksi SDM.
Aspek-aspek EQ terdiri dari dua aspek yaitu:
1.                  Aspek yang berkaitan dengan pemahaman terhadap diri sendiri
2.                  Aspek yang berkaitan dengan pemahaman terhadap orang lain.
Menurut Golemen EQ terdiri dari domain yaitu:
1.                  Pemahaman terhadap emosi sendiri
2.                  Pengelolaan emosi sendiri
3.                  Memotovasi diri sendiri
4.                  Memahami perasaan orang lain
5.                  Menata hubungan dengan orang lain
Rambu-rambu dalam meningkatkan EQ di lingkungan kerja
 Cery Cherniss dan Daniel Goleman mengembangkan dan mempromosikan pedoman dalam meningkatkan EQ khusunya di lingkungan kerja sperti berikut:
1.             Membuka jalan
a.       Melakukan assesmen terhadap kebutuhan organisasi
b.      Melakukan assesmen terhadap individu yang ada dalam organisasi
c.       Menyampaikan hasil assesmen dengan hati-hati
d.      Meningkatkan pilihan belajar
e.       Mendorong partisipasi
f.       Nilai-nilai personal
g.      Menyesuaikanharapan individualMelakukan assesmen terhadap kesiapan dan motivasi untuk melaksanakan EQ
2.             Melakuan perubahan kerja
a.       Mendorong hubungan antara pelatih EQ dengan peserta latihan
b.      Mengarahkan perubahan diri dan tujuan belajar
c.       Menguraikan tujuan ke dalam langkah-langkah kecil yang dapat dicapai
d.      Menyediakan kesempatan untuk latihan
e.       Memberikan umpan balik
f.       Menggunakan metode yang dikembangkan berdasarkan pengalaman
g.      Membangun dukungan dari dalam
h.      Menggunakan berbagai model dan berbagai contoh
i.        Mendorong pemahaman dankesadarn terhadap diri sendiri
3.            Perubahan berkelanjutan
Mendorong penerapan hasil belajar yang berkaitan dengan pekerjaan
Mengembangkan budaya organisasi yang mendukung belajar
4.            Evaluasi keberhasilan akibat perubahan dengan jalan mengevaluasi akibat perubahan terhadap individu dan organisasi
Spiritual Intelligence
Spirituality berkaitan dengan apa yang paling penting dalam pengalaman manusia yaitu berbagai kemampuan dan keterampilan dalam memberdayakan seseorang untuk hidup secara harmonis dengan nilai hidup yang tinggi dan bergeser dari ketidakmampuan untuk menjawab kearah tujuan hidup yang jelas (Bowell,2010) yang meliputi:
1.      Hati yang terbuka dan fleksibel
2.      Enthusiasm
3.      Kesadaran terhadap pengalaman saat ini dan kehadiran Tuhan
4.      Penghargaan terhadap penerapan nilai-nilai agama
5.      Berpedoman terhadap nilai-nilai tradisional dan kebergaman etnik
Zohar dan Marshall (1997) mengemukakan bahwa istilah spiritual intelegence sebagai kemampuan yang membuat seseorang mampu melakukan integrasi kehidupanya yang mencangkup arti hidup, tujuan hidup,dan motovasi untuk hidup. Spiritual Inteligence memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Kesadaran akan diri sendiri yaitu pengetahuan terhadap nilai yang diyakini dan apa yang memberikan motovasi hidup.
2.      Spontanitas yaitu hidup dengan memberikan respon terhadap masa dan keadaan yang dihadapi.
3.      Memiliki visi dan nilai yang ditunjukan melalui keyakinan dan prinsip hidup.
4.      Melihat sesuatu secara keseluruhan dengan jalan memahami secara luas pola-pola hubungan yang mengandung makna dan perasaan meiliki.
5.      Gairah hidup yaitu memiliki kualitas perasaan yang baik danempatik.
6.      Memahami perbedaan dengan jalan menghargai orang lain dan perbedaan yang dimilikinya.
7.      Mandiri yaitu kemampan untuk melawan arus dengaorang banyak dan tidak tergantung pada pengaruh satu orang.
8.      Kemanusiaan yaitu memiliki kemampuan untuk mengambil perandalam kehidupan.
9.      Kemampuan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang bersifat fundamental.
10.  Kemampuan untuk membingkai kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dalam konteks yang lebih bermakna.
11.  Secara positif dapat memanfaatkan berbagai perbedaan dengan jalan belajar melalui kesalahan.
12.  Kesediaan untuk memberikan pelayanan dan memberikan sesuatu yang bernilai.
Robert Emonns (2000) mendefinisikan spiritual Intelegence sebagai kemampuan yang digunakan dalam rangka mmecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengemukakan 5 komponen spiritual intelegence seperti di bawah ini:
1.      Kemampuan mentransformasikan sesuatu yang bersifat fisik ke dalam sesuatu yang bersifat transcendental.
2.      Kemampuan untuk memberikan penekanan terhadap berbagai pengalaman yang dialami secara sadar.
3.      Kemampuan untuk mengambil berkah dalam pengalaman sehari-hari.
4.      Kemampuan untuk menerapkan sumber-sumber dalam memecahkan masalah.
5.      Kemampuan untuk menjadi lebih baik.
Frances Vaughan (2000) mengemukakan pendapatnya tentang spiritual intelligence sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dalam pikiran dan spirit dan hubunganya dengan manusia di dalam dunia. Spirituan intelligence menyangkut kesadara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di bumi yang merefleksikan kreatifitas suatu kekuatan besar yang dapat dilihat dari berbagai perubahan alam yang ada. Spiritual intligence bukan hanya sekedar sesuatu yang berkaitan dengan mental ability, akan tetapi berkaitan dengan sesuatu yang bersifat transedental atau di lauar akal dan kemampuan manusia.



  


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kreativitas sebagai kontrol terhadap regressi berdasarkan tingkat kesadaran dan kepribadian yang terdiri dari Id, Ego, dan Super Ego, juga merupakan sebagai aspek kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri selain itu kreativitas juga berperan sebagai kemampuan mental yang berkaitan dengan tahap-tahap berpikir yang berpusat pada pemecahan masalah serta kreativitas bisa sebagai aktualisasi kegiftedan dan keberbakatan. Kreativitas juga dipengaruhi oleh beberapa aspek. Kreativitas juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak usia kanak-kanak.
Kreativitas juga berkaitan dengan intelegensi yang merupakan interaksi aktif antara kemampun yang dibawa sejak lahir dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan yang menghasilkan kemampuan individu untuk memperoleh, mengingat dan menggunakan pengetahuan, mengerti makna dari konsep konkrit dan konsep abstrak memahami hubungan-hubungan yang ada diantara objek, peristiwa, ide dan kemampuan dalam menerapkan hal diatas untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
American Association for the Advancement of Science, (1998). Dialogue on Early Childhood Science, Mathematics and Technology Education. Washington, DC : American Association for the Advancement of Science.
Anderson F. Barry, (1975). Cognitive Psychology : The Study of Knowing, Learning & Thingking. New York : Academic Press\
McInerney M. Dennis., McInerney Valentine, (1998). Education Psychology : Constructing Learning. New York : Prentice Hall
Fancher, R. E. The inteliegence men : Makers of the IQ controversy. New York : W. W. Norton & Company. 1985
Guilford, J.P. The Nature of Human Intelligence. New York : McGraw-Hill. 1967

1 comment:

  1. togel sgp

    Ayo segera
    Agen TOGEL 4DPOIN,Online Terpercaya.
    Minimal Deposit Dan Withdraw 20.000
    Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
    ★ Pin BBM : D1A279B6
    ★ Pin BBM : 7B83E334
    ★ Whatsapp : +85598291698
    ★ Skype : Poin.4D
    ★ Line : +85598291698

    ReplyDelete

Komentar anda marupakan motivasi buat penulis...