MAKALAH DEFINISI BELAJAR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1.1.
Latar Belakang
Potensi diri, pengendalian diri, kecerdasan, dan
kepribadian yang luhur dapat menambahkan motivasi anak dalam proses belajar anak. Mendengar
kata ‘belajar’ bagi kita , tentulah sangat tidak asing lagi. Semenjak
kita terlahir dan kita dianggap mengerti akan arti kata itu, hampir tiada hari terlewat tanpa terdengar
ucapan kata tersebut. Orang tua kita, saking sayangnya, hingga sebegitu
sering dan sabarnya telah menyuruh kita untuk selalu rajin belajar. Pesan
beliau, rajin-rajinlah belajar agar kelak menjadi orang yang berguna. Kebiasaan
tersebut pun terlanjutkan oleh kita saat ini, sudah tentu kepada anak-anak
kita.
Mengapa kita begitu yakin,
bahwa dengan belajar maka seseorang akan menjadi sosok yang berguna.
Secara umum kegiatan belajar adalah suatu proses kegiatan
dari tidak tahu, tidak mengerti, tidak bisa menjadi tahu, mengerti dan bisa
secara optimal. Belajar terbagi menjadi beberapa fase untuk mengerti
tingkatan belajar anak dalam mengenali suatu hal yang harus dipelajari. Tetapi
kenyataannya sekarang banyak anak yang terjerumus ke hal-hal negatif. Karena
seorang anak salah memahami tentang proses belajar.
Rumusan
Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apakah belajar
itu ?
2. Teori apa yang
digunakan untuk belajar ?
3. Bagaimana proses
dan fase belajar ?
1.2.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
definisi belajar.
2. Mampu memahami
arti penting belajar.
3. Mengerti teori
apa yang digunakan untuk belajar.
4. Mengerti proses
serta fase belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Belajar
Belajar adalah sebuah
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Berikut ini adalah
pengertian dan definisi belajar menurut beberapa ahli:
a. NASUTION
Belajar adalah menambah
dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
b. ERNEST H. HILGARD
Belajar adalah dapat
melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya
berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu
c. NOTOATMODJO
Belajar adalah usaha
untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup
d. AHMADI A.
Belajar adalah proses
perubahan dalam diri manusia
2.2.
Contoh Belajar
Dalam
mempermudah pemahaman anda mengenai bagaimana sebenarnya proses belajar itu
berlangsung, berikut ini akan kami kemukakan sebuah contoh belajar. Setelah itu
akan kami berikan pula komentar seperlunya.
Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari
ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya dan
meletakkannya pada suatu permukaan yang datar. Perilaku “memutar” dan
“meletakkan” tersebut merupakan respons atau reaksi atas rangsangan yang
timbul/ada pada mainan itu (misalnya, kunci dan roda mobil-mobilan tersebut).
Pada tahap permulaan, respons anak terhadap stimulus
yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat. Namun, berkat latihan dan
pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat
memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna. Sehubungan dengan contoh ini,
belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah
laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau
rangsangan yang ada.
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang
mendapatkan dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal
ini meliputi: mendengarnya, melihat, mengucapkan. Apa pun jenis dan manifestasi
belajar yang dilakukan siswa anda. Tugas anda dalam hal ini adalah memberi
contoh penggunaan strategi belajar kognitif yang tepat dan selaras dengan
kebutuhan dan tingkat kesulitan materi yang anda ajarkan kepada mereka.
2.3.
Arti Penting Belajar
Belajar
adalah kunci yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar
sesungguhnya tidak ada proses pendidikan. Belajar selalu mendapatkan tempat
yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
kependidikan. Karena demikian penting arti belajar, maka bagian terbesar upaya
riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya
pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal dan ideal, kemampuan para pendidik
terutama guru dalam membimbing murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam
keadaan siap dan memiliki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam
menunaikan/menjalankan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.
2.4.
Teori Pokok Belajar
a.
Koneksionisme
Teori
koneksionisme (connectionism) adalah
teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949)
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike
ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahi fenomena belajar.
Seekor
kucing yang lapar ditempatkan di dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata
sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang
tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan
bagian di dalam sangkar yang disebut
puzzle box atau peti teka-teki itu merupakan situasi stimulus yang
meransang kucing untuk bereaksi. Melepaskan diri dan memperoleh makanan yang
ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut akan mengeong, mencakar, dan
melompat. Namun gagal membuka pintu sangkar. Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan
kucing tersebut berhasil membuka pengungkit dan bisa mendapatkan makanan
Berdasarkan
eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respons.
b. Pembiasaan
Klasik
Teori
pembiasaan klasik (classical conditioning)
ini berkembang berdasarkan hasil
eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar
Rusia yang berhasil mendapatkan Nobel pada tahun 1909 memiliki cara sebagai
berikut :
Seokor
anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, Sehingga kelenjar ludahnya berada
diluar pipinya, dimasukkan kekamar yang gelap. Dikamar itu hanya ada sebuah
lubang yang terletak didepan moncongnya,
tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan
percobaan-percobaan. Pada moncongya yang sudah dibedah itu dipasang sebuah pipa
(selang) yang dihubungkan dengan sebuah tabung di luar kamar. Dengan demikian
dapat dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu pada
waktu diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat yang dipergunakan dalam
percobaan-percobaan itu ialah makanan,
lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna, dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari hasil
percobaan-percobaan pavlovmendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan
refleksitu dapat dipelajari; dapat berubah karena mendapat latihan.
c.
Teori Pendekatan Kognitif
Teori psikologi kognitif
adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusiyang
sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Sains kognitif
merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu
computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika, epistomologi, dan psikologi
syaraf.
Pendekatan psikologi
kognitif lebih menekan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam
pandangan para ahli kognitif, tinkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur
dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi,
kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.
Dari uraian
contoh-contoh diatas, semakin jelaslah bahwa perilaku belajar itu, dalam hampir
semua bentuk dan manifestasinya, bukan sekedar peristiwa S-R Bond (ikatan
antara stimulus dan respons) melainakan lebih banyak melibatkan proses
kognitif. Hanya dalam peristiwa belajar tertertentu yng sangat terbatas ruang
lingkupnya (umpamanya belajar meniru sopan santun di meja makan dan bertegur
sapa), peranan ranah cipta siswa tidak menonjol.
1.
2.
2.3.
2.4.
2.5.
Definisi Proses Belajar
Proses adalah
kata yang berasal dari bahasa Latin “processus” yang berarti “berjalan ke
depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah Any changes in any object or organism,
particulary a behavioral or psychological change. (Proses adalah suatu
perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya
hasil-hasil tertentu (Reber, 1988). Jika kita perhatikan ungkapan Any changes in any object or organism
dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah”
dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai
padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kea rah yang
lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
2.6. Fase-Fase
dalam Proses Belajar
Karena
belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui
fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan
fungsional.
Menurut
Jerome S.Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam
proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase.
a.
Fase
informasi (tahap penerimaan materi)
b.
Fase
transformasi (tahap pengubahan materi)
c.
Fase
evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam tahap informasi, seorang siswa
yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru
dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan
memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap
transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap
ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku
guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat
untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa
menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi
dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya
analogdengan peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang
dihadapi.
Menurut Arno F Wittig
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya
Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga
tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2)
storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali
informasi) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi
sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses
acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam
tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan
storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan
pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision.
Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi
sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan
masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental
dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori
berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau
stimulus yang sedang dihadapi.
BAB III
3.1. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Belajar merupakan proses bagi
manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar
dimulai sejak “manusia masih bayi sampai sepanjang
hayatnya”. Secara umum kegiatan belajar adalah
suatu proses kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti, tidak bisa menjadi tahu,
mengerti dan bisa secara optimal. Belajar sangat erat kaitannya dengan
proses belajar. Proses belajar adalah tahapan-tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam siswa atau individu, perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti yang lebih maju. Terjadinya
proses belajar dilandasi dengan adanya teori belajar. Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya
tujuan pendidikan. Contohnya saja, dengan adanya teori belajar akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Pada dasarnya, teori belajar
menitik beratkan ketercapaian perubahan tingkah laku
setelah proses pembelajaran.
3.2. Saran
Belajar merupakan suatu kunci yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar juga merupakan proses bagi manusia untuk
menguasai berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap. karena itu,
belajar sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya yaitu dengan
belajar manusia dapat mengelola informasi dengan cara berpikir.
Belajar juga sangat erat kaitannya
dengan proses belajar. Terjadinya proses belajar dilandasi dengan adanya teori
belajar. Untuk itu kita perlu memahami teori belajar yang tepat demi tercapainya
suatu pembelajaran.